Thalib Ilm fii Sabiilillah tapi Buang-buang Waktu, Pantaskah Begitu?
Bagi thalib ilm, sudah familiar rasanya mendengar kalimat yang dikutip dari hadist, “Thalabu-l-Ilmi fii sabiilillah”. Menuntut ilmu sering kali dikategorikan sebagai fii sabiilillah; hal ini dikarenakan dalam perjalanan memperolehnya diperlukan dedikasi, keseriusan, kesungguhan, kegigihan dan ketekunan yang sangat melelahkan.
Disebut dengan thalib berasal dari kata talaba yang artinya membutuhkan, mencari dan memerlukan. Kemudian ditambah dengan alif menunjukkan subjek yang berati orang membutuhkan bukan dibutuhkan. Maka thalib ilm lah yang sebenarnya membutuhkan ilmu, bukan ilmu yang membutuhkan thalib.
Sebagai thalib ilm yang menyelam di negeri Kinanah yang juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dengan waktu yang sangat terbatas, tentunya kita harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik untuk menyelam sedalam mungkin terhadap lautan keilmuan. Hal ini tentu saja dilakukan agar kita siap untuk menyajikan ilmu yang lezat dalam bentuk khidmat di masyarakat saat pulang kelak.
Sangat disayangkan bila kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik karena keterbatasan waktu yang kita miliki saat menuntut ilmu di Mesir. Namun faktanya, tidak sedikit dari kita yang membiarkan waktunya terbuang begitu saja, seperti untuk bermain game, scroll media social hingga berjam-jam, menonton film hingga berepisode-episode dalam satu waktu, dsb. Hal tersebut bukanlah larangan, tapi akan lebih baik jika menggunakannya dengan lebih bijak, seperti bentuk self reward tatkala sudah menyelesaikan hal tertentu. Namun tetap pada takaran yang sewajarnya.
Jika thalib ilm dikategorikan sebagai fiisabiilillah, maka pantaskah baginya membiarkan waktu terbuang sia-sia begitu saja? Pantaskah orang yang membuang waktunya untuk hal yang kurang bermanfaat dikategorikan sebagai fiisabiilillah?
Maka dari itu, mari kita pelajari kembali mengenai adab-adab thalib ilm agar kita selalu ingat bahwa ilmu tidak digapai dengan mudah, tidak diraih dengan ugal-ugalan tanpa etika, dan tidak singgah pada sembarang jiwa. Karena tenggelam dalam ilmu adalah kehidupan para ulama dan warisan para anbiya.
Lantas bagaimanakah adab seorang thalib ilm yang sepatutnya?
Dalam kitab Tadzkirotu-s-saami’ wa-l-Mutakallim karya Imam Badruddin Muhammad bin Ibrahim (Ibnu Jama’ah al Kinani) bahwa diantara adab thalib ilm adalah:
- Membersihkan hati dari segala sifat tercela dan penyakit hati.
- Selalu memperbaiki niat; dengan tujuan menuntut ilmu karena Allah Swt., meninggikan kalimat-Nya, menerangi hati dengan ilmu untuk bisa sampai kepada ma’rifat-Nya.
- Memanfaatkan dan menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu.
- Berdisiplin waktu.
- Selalu bersyukur dan merasa cukup dengan nikmat-Nya serta berpola hidup sederhana. Karena dengan kesederhanaan dalam kehidupan seseorang akan memperoleh keluasan ilmu.
- Pandai membagi dan memanfaat waktu.
- Mengkonsumsi makanan yang bergizi, halal, thayyib dan tidak terlalu banyak makan. Karena banyak makan akan menyebabkan seseorang mengantuk dan menjadi malas.
- Istirahat yang cukup dan tidak tidur berlebihan.
Soo..mari bijak dalam memanfaatkan waktu dan selalu ingat tentang adab dalam menuntut ilmu. Karena adab lebih utama sebelum menyelam lautan ilmu, agar kita tidak tersesat dan tidak terbawa arus dengan mudah. Menyelamlah dalam ilmu meskipun lelah yang kau dapati, bijaklah dalam menggunakan waktu meski sulit dijalani, prioritaskanlah apa yang tidak bisa kita dapat selain di Mesir, berdisiplinlah dalam kehidupanmu, ingatlah Kembali tujuanmu ke Mesir.
Syeikh Mahmud Sayyid pernah berkata:
“Kedatanganmu ke Mesir untuk belajar di Al Azhar! Kamu telah meninggalkan keluargamu untuk ilmu, maka jadilah sesuai yang telah menjadi sebuah tanggungjawab, dan berusahalah untuk menataati. Janganlah jadikan syeitan memenuhi hatimu dan nafsu mengendalikanmu! Namun penuhilah hatimu dengan ilmu dan Al-Qur’an sampai kamu Kembali ke negaramu sebagai seorang aalim insya Allah.”
Penulis: Fadilah Hana
(Mahasiswa tingkat 2 Jurusan Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kampus Banat)
Penyunting: Rifqi Taqiyuddin
Baca juga: Salah Sangka Seputar Talaqqi (Mengaji Langsung Kepada Guru)