Zero Waste: Kesadaran Diri pada Lingkungan
Zero Waste: Kesadaran Diri pada Lingkungan
Oleh: Rofiah Mawaddah
Saat ini, kita hidup di zaman modern dengan tipikal pasar yang mendorong masyarakat untuk hidup konsumtif dan menyediakan barang-barang sekali pakai sebagai opsi dengan alasan kepraktisannya. Tapi, tanpa kita sadari, kepraktisan atau ‘kemalasan’ inilah yang akhirnya menyebabkan bumi kita menjadi sakit. Pemanasan global, tingginya kadar polusi, rusaknya alam, hanyalah sebagian contoh kecil yang mengalamatkan bahwa setiap hari kita menyakiti bumi ini.
Sebagai salah satu usaha mengurangi rasa sakit itu, gerakan Zero Waste dilakukan untuk menyelamatkan bumi untuk kita dan generasi selanjutnya nanti. Kata zero secara harfiah berarti nol. Maka Zero Waste dimaksudkan menjadi gerakan untuk menghapuskan sampah. Ada optimisme dalam kata tersebut, sebab hidup di dunia yang serba instan seperti saat ini hampir mustahil untuk secara total menerapkan nol sampah.
Tujuan dari gerakan ini, sebenarnya bukan hanya sekedar menghapuskan sampah seperti membakarnya atau menimbunnya, tetapi, tujuan utamanya adalah bagaimana sampah yang sekali pakai itu dapat didaur ulang. Intinya ialah strategi agar sampah tidak hanya dikirim untuk ditumpuk di landfill. Zero Waste menantang kita untuk mengevaluasi gaya hidup dan melihat dampak negatif barang yang kita gunakan terhadap lingkungan. Pun, ide ini bukan hanya sekedar mendaur ulang, namun juga membusukkan sampah agar Iimbahnya berkurang.
Adalah Bea Johnson, dari Zero Waste Home yang mengenalkan gerakan ini dengan pedoman 5 R, yaitu refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang) dan rot (membusukkan). Prinsip tersebut diyakini dapat mengurangi Iimbah dan menggunakan sumber daya secara lestari.
Konsep Zero Waste bukanlah sesuatu yang baru. Konsep ini sudah lama dilakukan oleh negara-negara maju di Eropa dan Amerika serta dapat menjadi solusi konkret yang dapat diterapkan dalam manajemen pengelolaan sampah. Negara-negara di dunia yang sudah menerapkan konsep ini diantaranya, Amerika, Australia, Swedia, Selandia Baru dan beberapa negara lainnya.
Hidup tanpa sampah saat ini tidaklah mungkin, namun bukan berarti kita hanya melongo ketika melihat Iingkungan hancur perlahan-lahan.
Lalu bagaimana kita bisa memulainya? Perpus Begerak Mesir sebagai salah satu komunitas mahasiswa Al-Azhar yang bergerak dalam bidang peduli lingkungan memberikan penyuluhan tentang Zero Waste untuk masisir, mengingat masih kurangnya kesadaran kita terhadap kebersihan lingkungan.
Berikut sedikit solusi untuk mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai
1. Gunakan peralatan makan dan minum yang non plastik (misalnya stainless steel). Seperti rantang yang digunakan kakek-nenek kita.
2. Gunakan peralatan make up yang non plastik. Ada banyak jenis brush make up yang dibuat dari organik dan recycled material dengan harga terjangkau. Tapi tetap utamakan kesehatan.
3. Menyiapkan tas belanja dari rumah, jadi kita bisa coret kantong kresek dari daftar sampah harian.
4. Membawa botol air minum dari rumah, jadi kita tidak perlu beli air mineral botolan setiap kali dalam perjalanan.
5. Memilih barang-barang yang bisa dipakai berulang kali (reuseable).
6. Hasil printing salah? Jangan dibuang, pakai lagi halaman di baliknya yang masih kosong.
7. Kurangi penggunaan tisu. Ganti dengan kain lap atau sapu tangan yang bisa dipakai berkali-kali, asal jangan lupa dicuci setiap selesai pakai.
8. Baju lama kekecilan? Sumbangkan ke yang membutuhkan, selama masih layak pakai.
Sudah menolak kantong plastik yang diberikan, tetapi tetap diminta untuk mengambilnya? Jangan bingung, gunakan kantong plastik tersebut untuk menyimpan benda-benda yang berserakan di kamar.
Intinya, Zero Waste merupakan sebuah proses yang tidak akan datang dengan instan, butuh waktu juga proses, jadi untuk sekarang, mari kita mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan oleh diri kita sendiri, dan lebih menyanyangi alam kita.
Penyunting: Ambang Fajar Bagaskara
One thought on “Zero Waste: Kesadaran Diri pada Lingkungan”