Respon Degradasi Kualitas Masisir, TGB Sebut karena Ketidaksinkronan Kuantitas dan Kualitas Mahasiswa
Egyptstudentinformation, Kairo — Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A. memberikan tanggapannya mengenai degradasi kualitas yang terjadi di kalangan Mahasiswa Indonesia di Mesir. Menurutnya, hal ini merupakan buntut dari ketidaksinkronan antara peningkatan kuantitas dan kualitas mahasiswa.
“Setiap tahun peminat ke mesir itu selalu meningkat, yang mengikuti ujian, yang melalui markaz Al-Azhar itu saja sudah mencapai 6.000 setiap tahun dan yang diluluskan itu mungkin sekitar 1400 – 1500 berdasarkan koordinasi dengan Kementerian Agama. Itu satu ilustrasi bahwa minat belajar di Al-Azhar itu semakin meningkat.”
“Problemnya adalah peningkatan kuantitas itu menghadirkan situasi-situasi yang tidak semuanya baik. Salah satunya dari sisi penguasaan bahasa. Kalau terlalu banyak teman kita dari satu negara, satu daerah kan bahasa arabnya kurang terasah,” ujarnya pada konferensi pers seusai memberikan sambutan di hari kedua Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika 2024 pada Ahad, (4/8) di Qasr El Maliki, Nadi Sikkah.
Ketua OIAA Cabang Indonesia itu juga memandang bahwa perlu adanya sinergitas semua pihak terkait regulasi yang mengatur jumlah mahasiswa Indonesia di Mesir agar tidak terjadinya pembludakan.
“Menurut saya sih tergantung dari semua stakeholder. Pihak Al-Azhar, pemerintah Indonesia, pemerintah Mesir. Itu yang paling utama ya. Mungkin PPMI Mesir juga dilibatkan. Kita bicara berapa sih idealnya jumlah mahasiswa Indonesia di Kairo. Bisa dibikin lah studinya itu ya. Ada hitung-hitungannya, ada proximity-nya, kira-kira berapa berdasarkan daya dukung di Mesir dan seterusnya supaya bisa dimitigasi kalo ada masalah sosial kemasyarakatan atau bahkan keamanan. Kalau sudah bicara bareng, lalu sampai pada angka tertentu maka itu yang kita tanggung jawab bersama. Sehingga tidak ada lagi salah menyalahkan,” jelasnya.
Tidak hanya sekali, beliau pun menegaskan urgensi adanya regulasi ini adalah untuk kemaslahatan bersama.
“Saya mendukung diatur, harus bahkan, bukan hanya mendukung, kita rapikan. Kalau perlu bahkan sampai pada angka. Misalnya, yuk kita sepakati seluruh stakeholder tahun depan (misalnya) maksimal 1500 atau 2000. Itu sudah maksimal dari semua pintu. Baik dari markaz Al-Azhar, pesantren mu’adalah, itu semua di bawah koordinasi Markaz Tathwir kan. Kemudian semuanya diproses, kemudian dievaluasi sekian tahun, wah ternyata masih bisa ditingkatkan 2500 atau ternyata banyak masyakil, turunin jadi 1500. Enggak masalah. Sehingga semua keputusan itu limaslahatil ummah, thullab wa tholibat,” tambahnya.
Reporter: Irfan Amrullah Prasetyo