Mesir – antara Ekspektasi dan Realita
Oleh: Akhmad Yani
Banyak saya temui status teman-teman saya saat mereka masih di Indonesia, mereka begitu semangat ingin menuntut ilmu ke Mesir, saya sedikit bingung bagaimana mengungkapkannya, tapi yang jelas semangat mereka itu kalau diungkapkan oleh bucin, “gunung dan badai pun aku lewati demi mendapatkannya.” Keinginan yang luar biasa kuat untuk menuntut ilmu di luar negeri. Wallahu a’lam apakah niat itu memang menuntut ilmu karena perintah dari Allah, atau memang rasa gengsi yang kalau dikatakan “Wow! Dia sekolah di luar negeri.”
Ada sebuah cerita yang saya kutip dari fanpage Ahbab Maulana Syaikh Ali Jum’ah
Habib Ali al-Jifri pernah bercerita:
“Dulu ketika saya pertama kali datang ke Mesir (sekitar tahun 1989), saya tak kuasa menahan tangis saat saya masuk ke masjid al-Azhar namun tak menemukan majelis ilmu yang layak dengan sejarah agung al-Azhar. Akhirnya saya mengadukan hal ini kepada guru saya di Madinah, lalu beliau berkata dengan penuh keyakinan, ‘Jangan khawatir! Sesungguhnya Allah menjaga al-Azhar. Tidak lama lagi kamu akan melihat bukti bahwa Allah benar-benar menjaga al-Azhar.’
Benar! Pada awal tahun 90-an, saat saya kembali mengunjungi Mesir, saya bertemu dengan syaikh Ali Jum’ah yang bertekad kuat membangkitkan kembali majelis-majelis ilmu.”
Ada pula cerita syaikh Sholeh Ja’fari yang terkenal sebagai pendiri Thoriqat Ja’fariyah seorang waliyullah yang masyhur di Mesir yang diceritakan oleh syaikh Kholid Tsabit dalam kitabnya yang berjudul التصوف هو:
“Dulu syaikh Sholeh Ja’fari adalah murid di al-Azhar. Beliau datang dari kota Dongola (دنقلا) di Sudan ke Kairo untuk pertama kali. Lalu ketika beliau melihat apa yang ada di kota Kairo dari gaya hidup yang asing, khususnya gaya berpakaian beberapa perempuan yang terbuka aurat dan pergaulan bebasnya bersama laki-laki yang berlebihan. Pada saat itu hati beliau menjadi sangat sesak dan sedih.
Kemudian terlintas di pikiran beliau untuk kembali ke kota beliau yang tenang yang bersih dari gaya hidup seperti itu dan mampu membantu hidupnya dalam kezuhudan dan ibadah. Lalu beliau pergi menziarahi kubur Sayyidina Husein, berharap beliau mendapatkan sesuatu yang bisa menguatkan tekad beliau dan menunjukkan ke jalan yang benar.
Lalu di dalam masjid Sayyidina Husein salah satu seorang wali Allah menemui beliau, wali itu adalah syaikh Samaluthi yang sebelumnya belum pernah beliau temui. Karena syaikh Samaluthi adalah seorang wali yang kasyaf, beliau tahu apa yang terjadi pada syaikh Sholeh Ja’fari, lalu beliau berkata kepada syaikh sholeh Ja’fari:
لا تظن أن الأولياء يعيشون في الخلوات ويفرون من الناس في المغارات، ولكن الولي الصادق هو الذي يعيش وسط العقارب فلا تتمكن من لدغه، فامكث هنا وجاهد نفسك
‘Jangan kamu sangka wali itu hanya tinggal berkhalwat dan lari dari manusia ke dalam gua, tetapi yang benar-benar wali adalah dia yang bisa hidup di tengah kalajengking-kalajengking tapi tetap selamat dari sengatannya. Tinggallah di sini, dan teruslah berjuang.’
Syaikh Sholeh Ja’fari berkata pada hatinya, ‘Syaikh ini adalah orang yang arif, tidak akan aku pisahi beliau selama hidupku.’
Kemudian menetaplah syaikh Sholeh Ja’fari di Kairo, beliau hidup bercampur dengan gaya hidup mereka tanpa terpengaruh sedikit pun dan bahkan beliau menjadi pendakwah pada mereka. Allah perbagus jalan hidup beliau, maka jadilah syaikh Sholeh Ja’fari termasuk ulama kibar Allah al-Arifin wal murabbiyyin pada zamannya.”
Mungkin banyak lagi cerita yang lainnya tapi saya cukupkan dua cerita itu saja. Coba teman-teman bayangkan sekelas wali Allah dan ulama besar pun masih bisa kecewa dan berekspektasi. Tapi bedanya mereka dengan orang yang menyerah adalah, mereka Allah beri hidayah dan jalan cerita yang begitu indah dengan ditunjukkan oleh guru murobbi. Jadi teruslah berjuang, insyallah akan indah pada waktunya.
Sebenarnya bukan salah berekspektasi seperti itu, alasannya karena memang pada masa syaikh Sholeh Ja’fari dan Habib Ali al-Jifri cukup sulit untuk mendapatkan informasi tempat yang kita tuju dan tidak semudah zaman sekarang yang cukup bermodalkan Hp dan internet, dan juga alasan lainnya mereka adalah termasuk orang-orang yang baik, sudah pasti akan merasa kurang suka dengan hal-hal yang tidak baik.
Allah berfirman:
﴾ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ﴿
“Perempuan baik untuk laki-laki baik, dan laki-laki baik untuk perempuan baik” (QS. Annur:26)
Ayat ini diturunkan pada Sayyidah Aisyah dan Ahlul Ifki yang menjelaskan bahwa orang baik pada umumnya akan bersama orang baik. Kita tidak membahas masalah jodoh, tapi yang kita bahas adalah, ketika kamu adalah orang baik, maka biasanya kamu akan menyukai hal-hal baik, begitulah pula sebaliknya.
Jalan menuntut ilmu ke Mesir (di al-Azhar) ada banyak, bisa lewat seleksi Kemenag, Gontor, Dubes, Pusiba, atau pula lewat jalur PBNU. Beberapa fakta yang terjadi memang kadang memilukan, seperti mereka yang sebenarnya tidak lulus jalur kemenag, tapi tetap memaksakan berangkat, misal lulus jalur dal*m.
Secara logika sebenarnya memang perlu dipertanyakan. Apakah seleksinya yang kurang benar ataukah si peserta yang kurang mampu. Pelajaran di al-Azhar menggunakan bahasa Arab yang kadang bercampur bahasa amiyah Mesir, baik di ranah kuliah maupun di majelis-majelis ilmu. Jadi ketika si peserta yang ikut seleksi tidak lulus, bisa dikatakan dia tidak memenuhi standar mampu dalam memahami pelajaran al-Azhar, umpamanya bagai bayi yang dipaksa memakan nasi.
Baca juga: Buku Percakapan Bahasa Amiyah Mesir Sehari-hari
Kita tidak boleh menghukumi secara sepihak, karena semua itu adalah hal yang memang qaddarallah. Ada yang memang Allah takdirkan ikhlas dari awal sampai akhir dari jalur yang memang benar, ada pula yang Allah uji, bagi yang berhasil melewatinya, niatnya tetap lurus menjadi penuntut ilmu karena Allah, ada pula yang gagal. Mereka yang sangat jarang menuntut ilmu saat ke Mesir pun sebenarnya tidak bisa kita katakan gagal, karena alumni al-Azhar, tidak harus semuanya menjadi ustadz/zah, boleh jadi dia nanti akan menjadi pengusaha sukses, alangkah baiknya bisa memadukan keduanya.
Bisa jadi juga mereka yang yang jalur dal*m Allah takdirkan di akhir menjadi lebih baik dari kita. Jadi jangan sampai kita merasa aman diri, apalagi sampai merendahkan orang lain, karena kadang ujian bagi orang baik adalah dengan diperlihatkannya sesuatu yang kurang baik. Apakah dia merasa lebih baik ataukah dia berhasil menjaga hatinya.
Kesombongan kadang menyisipi hati bagai debu yang ikut masuk bersama napas. Hanya kepada Allah tempat berlindung.
Karena sekarang hampir kebanyakan informasi-informasi di Mesir di upload ke dunia maya, ada yang di Google, Youtube, Facebook dan lain-lainnya, jadi alangkah baiknya sebelum teman-teman mau menuntut ilmu ke Mesir harus memahami sikon keadaan di Mesir, mulai gaya hidup, lingkungan, dan cara belajar, misal teman-teman coba untuk mencicipi video pelajaran-pelajaran yang sudah di upload beberapa majelis ilmu di Mesir. Jika dirasa mampu memahami pelajarannya, kuatkan hati, tapi jika dirasa kurang mampu, maka latihlah diri kamu jika kamu memang benar-benar serius.
Baca juga: Link Fanpage Syaikh-syaikh
Jangan bersedih hati jika kamu bukan orang yang pintar saat ini, karena bisa jadi suatu saat Allah memberikan karunianya dan menjadikan kamu menjadi orang yang pintar, lihatlah cerita Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani pengarang kitab Fathul Bari syarah kitab Shohih Bukhari, beliau dulunya adalah orang yang dianggap kurang berilmu, karena melihat batu yang terus ditetesi air, dari situ beliau sadar, bahwa batu yang keras pun bisa berlubang sebab ditetesi air, lalu bagaimana dengan manusia? Jika kita terus berusaha dan istiqomah, insyallah kita akan berhasil.
Cerita di atas itu sebenarnya masih khilaf dan di Mesir pun cerita itu tidak masyhur, ada yang mengatakan tidak ada sumbernya, tapi ala kuli hal tidak menutup kemungkinan adalah kebenaran. Cerdas Allah berikan sejak lahir, bisa sebab dari gen keturunan, bisa juga akibat doa, sedangkan pintar adalah ikhtiari yang bisa didapatkan semuanya jika rajin, bersyukurlah orang cerdas yang rajin.
Mesir memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, contohnya tulisan Ust. Maulana yang membahas mahasiswa baru di websitenya maulanaisme.com, saya pribadi sangat merekomendasikan bagi teman-teman untuk membacanya terlebih dahulu sebelum kalian memutuskan memilih untuk pergi ke Mesir.
Maulanaisme : Maba yang Tak …
Sebenarnya fakta yang ditulis di tulisan itu memang pernah terjadi, tapi tidak mengatakan itu sering terjadi, tapi pernah terjadi saja. Semua itu punya solusi, tinggal diri kalian pandai-pandai beradaptasi dan menjaga diri, jika kalian berhasil, maka kalian adalah pejuang tangguh yang berhasil berjuang di tantangan hidup yang luar biasa. Coba kalian lihat kakak-kakak kelas yang sudah lulus, atau yang masih di Mesir. Ada yang berhasil, ada yang semi berhasil, ada pula yang gagal.
Ketika kalian sudah paham dengan keadaan dan sikon di Mesir dan sudah mempersiapkan hati, baik itu buruk maupun baik, insyallah kalian akan kuat menghadapinya. Tapi kadang kala ketika kita sudah mempersiapkan hati secara matang, hati kita tetap kecewa karena tahu bahwa ekspektasi yang kita ketahui memang hanya ekspektasi.
Satu hal yang ingin saya sampaikan tentang kelebihan menuntut ilmu di Mesir, saya benar-benar tidak bisa mengungkapkan betapa luar biasa bahagianya saya bisa menikmati menuntut ilmu di Mesir, mengambil berkah ilmu dari guru-guru, berziarah ke kubur orang sholeh, merasakan bekas-bekas peninggalan orang-orang shaleh, wali-wali Allah, bahkan Nabi-nabi Allah. Memang benar ilmu itu bisa didapat dari google, tapi berkat ilmu dan adab tidak pernah bisa didapatkan darinya kecuali dari belajar dan berkhidmat kepada guru.
Mungkin yang kurang pas itu adalah kita sendiri, karena sudah lemah keyakinan dan kesungguhan, tidak pula berusaha memanfaatkan fasilitas yang ada dalam mencari informasi. Entah malas yang menjadi alasan atau niatnya yang salah, semua itu hanya kemungkinan, maka selagi masih sempat, mari kita perbaiki lagi niat di hati kita. Wallahu a’lam.
Ketika ia dimasukkan ke dalam neraka. Mereka berkata: Wahai Tuhanku, aku telah menuntut ilmu dan menjadi alim karenamu. Tuhan pun menjawab: Bohong! Kamu menuntut ilmu dan menjadi alim hanya karena kamu ingin disebut alim.
CP Pemesanan buku Sang Maha Guru : +20 155 352 4371
Link :maba yang tak….” nya Gk bisa dibuka
Ternyata udah dihapus pemilik website tulisannya
Sudah dishare lagi Masss👏
Nur dari tulisan ini begitu terasa
Seakan memancar dari hati yang tulus
Yang keluar dari hati akan masuk ke hati