Membangun Pemikiran Kritis, Mencari Sumbangsih Peradaban Barat atas Dunia Islam
ESI, Kairo – Komunitas Raudhatul Mufakirin selenggarakan forum diskusi terbuka yang bertempat di Antara Cafe, Darrasah. Dengan tema “Sumbangsih Barat atas Dunia Islam, Anugerah atau Musibah?” forum ini menjadi momen pertukaran pikiran antar Masisir di malam yang cukup dingin. Dalam sesi singkat selama 2 jam, para pemantik membuka mata para peserta terkait realita dari pengaruh Barat yang dapat ditemukan di dunia Islam dan bagaimana sikap kaum muslimin seharusnya dalam menghadapi hal tersebut.
“Islam itu sudah memiliki konsep bahwasanya mengejar duniawi itu juga boleh selama tidak melupakan akhirat gitu kan,” ucap bang Hilal selaku salah satu pemantik dalam diskusi kali ini.
Sosok yang aktif di forum kajian Abduh Studies ini kemudian memberikan sebuah pandangan dari Muhammad Abduh, bahwasanya bisa saja kaum muslimin mengimpor modernitas dan berbagai nilai lainnya yang berasal dari barat. Namun di akhir pemaparannya, ia memberi peringatan bahwa apa yang datang dari barat tidak bisa langsung diambil tanpa disaring terlebih dahulu.
Selanjutnya, mahasiswa yang aktif juga di Lakpesdam PCINU ini juga mengambil pandangan dari Hasan Hanafi, bahwasanya dalam memandang barat, seorang muslim harus memandangnya dengan kritis sebagai yang setara dengan dia. Jadi bukan sebagai yang inferior, sebagaimana Turki pada masa lalu yang langsung mengambil segala sesuatu dari barat.
Senada dengan Hilal, bang Akbar yang menjadi pemantik lainnya menyebutkan bahwa sebenarnya tidak semua yang berasal dari barat harus ditolak.
“Gak semua dari yang barat kita terima dan gak semua dari yang barat kita tolak,” jelasnya dengan singkat.
Sosok yang cukup mahir berbahasa Spanyol ini juga menambahkan bahwa Islam sangat membuka keleluasan terhadap segala macam ilmu dunia, namun di saat yang sama juga mengikat kaum muslimin untuk berpegang teguh dengan aqidah Islam. Oleh karenanya, sejatinya kaum muslim diperkenankan untuk mengambil sebanyak-banyaknya ilmu dunia dari peradaban barat.
Namun, pria berkacamata yang sudah di Mesir sejak tahun 2015 ini juga menegaskan bahwa saat seorang muslim berhadapan dengan segala bentuk falsafah barat yang tentu bertentangan dengan aqidah Islam, harus ditentang sekeras-kerasnya.
“Kita gak akan dengar Nietzsche, kita gak akan dengar Sigmund Freud bapaknya psikologi, kita gak akan dengar John Locke, kita gak akan dengar Niccolò Machiavelli. Karena mereka membasiskan pemikiran mereka semua berdasarkan filosofi Helen (filosofi helen berpijak dari pemikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd,” ucapnya.
Tak hanya terfokus pada konteks masa sekarang, kedua pemantik juga menyampaikan berbagai maklumat terkait dengan kebangkitan peradaban barat di masa lalu. Berlandaskan data sejarah dan buku-buku para tokoh di barat juga sikap kaum muslimin, semakin difahami bagaimana cara barat menguatkan dominasinya, mencoba memberikan “sumbangsih” mereka atas dunia Islam. Secara ringkas, kelahiran Amerika yang merupakan asal muasal tunas peradaban barat diperdengarkan kepada para peserta.
