Azhary dan Sebuah Resolusi
Oleh: Hasyim Asy’ari (Mahasiswa Al Azhar, Fakultas Ushuluddin)
Azhar adalah mahasiswa yang hebat. Ia berhasil mewujudkan setumpuk impian di akhir perkuliahannya kemarin. Empat tahun sebelumnya, ia menulis resolusi pada secarik kertas yang ditempelkannya diatas meja belajar yang ia miliki. Hapal Al Quran, lancar baca turôts, menjadi kutu buku, aktif menulis, menjadi siswa teladan, mendapat beasiswa, serta mendapat predikat mumtaz, adalah sekian dari beberapa impian yang berhasil diwujudkannya tersebut.
Berlebihan, memang. Tetapi, itu hanya dalam pandangan orang lain. Baginya, tidak ada kata berlebihan bagi setiap pemimpi. Buktinya, ia mampu merealisasikan sederet impiannya tersebut.
Inilah kedaulatan bagi sang pemimpi itu. Ia boleh bangga dan bebas merentangkan kemana saja batas imajinasi berkeliaran. Tapi perlu diingat, semua tidak terlepas dari konsekuensi.
Menghapal Al Quran adalah hal yang besar dan tak semudah yang orang bayangkan. Belum lagi sederet impian yang telah menjadi resolusinya tersebut. Namun, berkat sebuah resolusi beserta konsekuensinya itu, ia menjadi mampu menyederhanakan hal-hal yang terlihat besar dan jlimet. Ia selalu berfikir jangka panjang sebelum ia melangkah ke depan. “Jika Al Quran ada 30 juz, maka dalam setahun saya harus bisa dapat 10 juz. Jika setahun harus dapat 10 juz, maka sebulannya saya harus bisa 1 juz. Dan jika sebulan harus bisa mendapat 1 juz, maka dalam sehari saya harus bisa mendapat 1 halaman. Karena dalam satu juz itu ada 20 halaman. Sisanya nanti bisa dibuat murojaah” itulah komitmennya.
Ia terus menyederhanakan masing-masing impiannya tersebut. Sehingga dalam sehari ia mampu menyisihkan waktu untuk menghapal, mempelajari kaidah nahwu, membaca buku, menulis dan belajar. Semuanya ia beri porsi yang cukup. Sehingga dalam empat tahun ke depannya, Azhar mampu meralisasikan semua impianya tersebut. Karena ketika ia hendak berbuat, ia selalu diingatkan oleh resolusi yang telah ia buat.
Demikianlah keajaiban sebuah resolusi itu. Orang akan menjadi terbimbinig melaksanakan segala sesuatu dengan tujuan yang lebih jelas. Karena ia memiliki kriteria tertentu yang akan selalu membisiki si pembuat untuk hanya melaksanakan segala aktifitas yang sesuai dengan kriterianya tersebut. Jika aktivitas yang hendak dilakukannya itu mendukung terwujudnya resolusi yang telah ia buat, maka ia disuruh untuk melanjutkan. Jika tidak, maka sebaliknya.
Dengan demikian, resolusi itu dapat diibaratkan seperti garis finis bagi Valentino Rossi, jika ia pembalap. Dan Berlin, jika ia pelari marathon. Garis finis tersebut akan selalu terbayang di kepala mereka sehingga akan terus membakar api semangat mereka dalam berkompetisi. Ia juga akan selalu menjadi tujuan utama sehingga mampu mengendalikan mereka untuk lebih fokus dan mengabaikan sesuatu yang tidak begitu penting disekelilingnya, dengan tetap waspada.
Yah, demikianlah resolusi itu berperan. Ia bagai seonggok daging segar bagi si macan. Ada macan tidur dalam diri manusia. Dan dengan cara itulah Azhar dan para pemimpi itu menggugah macan dalam dirinya.
Sudahkan Anda membuat resolusi di tahun ajaran baru ini?
Jika belum tahu apa itu resolusi, segera tanya KBBI. Yang penting jangan beranggapan bahwa ia itu seperti kertas atau plastik tipis bergulung yang memiliki daya rekat. Iku jenenge sulasi, dudu resolusi.
One thought on “Azhary dan Sebuah Resolusi”