NOTULENSI SUPER SCHOTALK 3 NEGARA “BELANDA” SAHABAT BEASISWA
NOTULENSI SUPER SCHOTALK 3 NEGARA
“BELANDA”
SAHABAT BEASISWA CHAPTER SURABAYA
Sabtu, 31 Maret 2018
Bersama
Elrisfa Megistarina
Moderator
Ni Wayan Yessinta A
Notulen
Intan Maharani
OPENING STATEMENT
Hai! Perkenalkan nama saya Elrisfa Magistarina, boleh dipanggil Tari.
Saya baru saja menyelesaikan pendidikan master dari Maastricht University jurusan
Developmental Psychology.
Pada kesempatan kali ini saya mau cerita tentang pengalaman saya sebelum dan saat
mendapatkan kesempatan untuk belajar keluar negeri.
Saya mencoba menulis materinya se informal mungkin, jadi berasa kaya ngomong
langsung bukan lagi baca motivation letter hehe. Saya berharap, dengan berbagi pengalaman
seperti ini teman-teman bisa mendapatkan inspirasi atau ide dari pengalaman yang saya alami.
MATERI
1. Kenapa saya ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri
Sebenarnya, mimpi untuk bisa pergi keluar negeri itu sudah ada sejak saya masih
SD. Saat itu saya sedang senang membaca novel-novel dari luar negeri yang
menceritakan tentang kehidupan disana. Jadi saya pikir saya harus melakukan sesuatu
agar bisa ke luar negeri. Berbekal dengan mimpi tadi, salah satu cara yang menurut saya
paling memungkinkan saat itu adalah ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan.
Sehingga saya pun berjuang untuk mencari beasiswa.
Tapi, sebelum memutuskan untuk mencari beasiswa, saya memutuskan terlebih
dahulu apa tujuan saya untuk melanjutkan kuliah. Apakah memang untuk ilmunya atau
cuma karena ingin memenuhi mimpi masa kecil. Setelah merenung dan diskusi sana-sini,
akhirnya saya memutuskan bahwa saya sangat suka belajar dan ingin menjadi dosen.
Sehingga melanjutkan pendidikan ketingkat master merupakan hal yang tepat untuk saya
pilih.
Selain itu, saya rasa dengan melanjutkan pendidikan ke luar negeri kita dapat
merasakan fasilitas dan sistem pendidikan yang berbeda dari yang kita dapatkan saat
kuliah didalam negeri. sehingga kita bisa menyaring hal-hal yang bagus dan mungkin kita
juga bisa mencoba menerapkannya saat kita kembali ke Indonesia.
Setelah meluruskan niat kemudian saya mulai hunting negara dan universitas
yang ingin saya tuju. Kemudian, saya memilih negara Belanda �� yang merupakan
negara yang memiliki lebih dari 2.100 program studi yang berbahasa inggris dan 95%
penduduk Belanda dapat berbahasa inggris walaupun Bahasa nasionalnya adalah Bahasa
Belanda. Sehingga Belanda memiliki banyak international student yang berasal dari
berbagai negara dan sebagai international student kita sudah pasti tidak akan mengalami
kesulitan dalam hal bahasa. Baik di kampus, di supermarket, di tempat wisata (pastinya)
mereka semua bisa berbahasa inggris. Dengan keberagaman yang ada di Belanda, saya
merasa saya tidak akan terlalu sulit untuk beradaptasi.
Kenapa Belanda? Saya memilih Belanda juga karena universitas di Belanda
memiliki program yang menarik untuk ilmu psikologi. Setelah menentukan negaranya,
saya mulai hunting universitas yang menawarkan program studi psikologi yang sesuai
dengan yang saya inginkan. Kemudian saya memilih Maastricht University. Hal pertama
yang membuat saya memilih universitas ini adalah system pendidikan yang dimilikinya,
yaitu menggunakan system PBL (Problem Based Learning) dimana pada system ini siswa
akan berperan aktif didalam proses belajar. Siswa diberikan permasalahan untuk dapat
mereka diskusikan dengan didampingi oleh seorang supervisor sehingga untuk dapat ikut
dalam diskusi siswa tersebut harus membaca literature yang relevant, menganalisis
masalah dan juga memberikan pertanyaan. Saya percaya dengan system pendidikan yang
seperti ini akan mengharuskan kita untuk mengerti, memahami dan dapat
mengaplikasikan pelajaran yang kita terima, sehingga pemahaman kita terhadap materi
pun menjadi lebih kuat dan mantap.
Setelah memutuskan untuk memilih universitas tersebut saya mulai mencari
informasi mengenai kotanya. Kota Maastricht merupakan kota kecil yang berada dipaling
selatan Belanda, membutuhkan waktu 2 jam naik kereta dari Amsterdam. Tapi walaupun
jauh dari ibukota, hanya dibutuhkan waktu 1 jam ke Jerman (kota Aachen) dan 1.5 jam
ke Belgia (Brussels).
Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk jatuh cinta dengan Maastricht dan
Belanda serta dengan jurusan yang saya ambil. Di Maastricht University saya memilih
jurusan Developmental Psychology, yang mana pendekatannya menggunakan
neuropsikologi. Kampus saya ini memang terkenal dengan neuropsikologinya.
Berdasarkan pengalaman yang saya miliki ini, hal pertama yang harus kita
siapkan sebelum kuliah keluar negeri itu adalah memastikan tujuan dan niat kita, dan
hunting program studi yang kita minati beserta universitas dan negara yang akan kita
tuju. Kita harus benar-benar yakin dengan pilihan kita karena pilihan-pilihan ini yang
akan nanti kita jalani untuk satu atau dua tahun kedepan.
Selengkapnya download PDF di bawah ini
[embeddoc url=”https://egyptstudentinformation.com/wp-content/uploads/2018/07/Notulensi-Super-Scholtalk-Belanda.pdf” download=”all”]